Kemarau telah tiba, saat hujan mulai berhenti turun dari langit...udara menjadi kering dan panas yang menyengat dibawah langit khatulistiwa terasa membakar disiang hari. Malampun jadi perteduhan yang rasanya tak ingin diakhiri...kemarau mengirim banyak pesan pada jutaan insan yang berdiam ditanah ini. Bumi ini semakin tak ramah memeluk kita, saat kita mulai berhenti untuk mempertanyakan tindakan yang semena-mena kepada hutan, tanah, air dan udara....kesejukan yang dulu kita rasakan, tinggal panas membakar menembus kulit karena kita dengan pongahnya menebang hutan tanpa rasa cinta....dulu kemarau menjadi waktu yang sempurna untuk memanen hasil ikan yang dikirim langsung oleh alam...saat ini, sungai mengering tanpa kehidupan...manusia semakin jauh dari jati dirinya..mampukah kita bertahan?..mampukah kita berdiam dibumi yang marah dan bergejolak ini...?
Sunday, June 23, 2013
Saturday, June 22, 2013
Berjumpa tokoh Penjaga Hutan Adat, Apai Janggut
"Kami tidak meminta lebih dan tidak mau kurang, selama dihutan masih ditemukan buruan dan obat, selama dilubuk masih ada ikan dan di huma masih berpadi, itulah hutan lestari"
Demikianlah kutipan ucapan yang dilontarkan oleh tokoh penting pelestari dan penjaga hutan adat disungai utik kabupaten kapuas hulu, orang yang berperan penting atas penghargaan serifikat ekolabel dari Lembaga Ekolabel Indonesia (LEI) sebagai Desa pertama peraih penghargaan tersebut. Memiliki nama asli pak Bandi namun lebih terkenal dengan julukan Pak Janggut, barangkali karena janggut beliau yang putih dan panjang serta memiliki banyak tatto bunga terung dipunggung dan pangkal lengan dan dileher, pria kelahiran tahun 1914 ini merupakan salah satu tuai rumah panjang yang telah hidup hampir seabad lamanya dan telah mengalami petualangan yang panjang dimasa mudanya, hampir seluruh wilayah indonesia dan malaysia telah beliau jelajahi, bahkan diusia tuanya beliau merupakan tokoh penting yang menjadi teladan dan panutan bagi generasi muda tentang bagaimana menjaga kelestarian hutan, dan juga selama kami berbincang-bincang dengan beliau, banyak sekali pelajaran berharga yang kami dapatkan dari orang tua yang luar biasa bijaksana ini.
Wednesday, June 19, 2013
Rumah Tradisional Dayak Kalbar yang baru
Kalimantan Barat sebentar lagi akan meresmikan Rumah Betang atau Rumah Panjang yang merupakan rumah tradisional bagi suku dayak kalimantan barat yang terletak dijalan kota baru, direncanakan pada bulan juli sekaligus ajang untuk memperkenal seni dan budaya suku dayak kalimantan barat. Mudah-mudahan dengan dibangunnya rumah betang ini dapat dijadikan sarana untuk lebih meningkatkan dan mempromosikan keanekaragaman suku, budaya dan tradisi kalimantan barat serta digunakan sebaik-baiknya oleh para generasi muda dayak untuk meningkatkan kualitas pertunjukan seni budaya tersebut.
Sunday, June 16, 2013
Jelajah Kampung Sade Suku Sasak Lombok
Mengunjungi Pulau Lombok tidak lengkap tanpa mengunjungi sebuah perkampungan tradisional suku sasak, satu-satunya yang masih terjaga keutuhannya dan menjadi situs budaya suku asli lombok. Bernama kampung Sade, ditinggali oleh masyarakat asli yang masih menjalani hidup secara tradisional dalam rumah-rumah beratap ilalang dan berlantaikan tanah liat yang telah keras, namun didalam rumah terasa sangat sejuk dan nyaman. Karena dijadikan salah satu tujuan wisata, penghuni kampung sade memiliki beberapa pemuda yang dilatih untuk menjadi tur lokal, paling-paling anda sebagai tanda terima kasih memberi seikhlasnya.
Tuesday, June 4, 2013
Pengalaman menyeramkan menerobos malam
Aku pernah punya pengalaman disuatu masa, ketika masih berusia belasan tahun aku duduk dikelas satu SMA negeri Putussibau. Pada waktu itu, transportasi air merupakan satu-satunya pilihan agar dapat pulang pergi dari kampungku yang terletak di desa mungguk batu kecamatan selimbau kapuas hulu kalbar ke kota putussibau. Alat transportasi air yang senantiasa menjadi harapan mengantar ke tempat tujuan adalah motor tambang, yang dapat mengangkut manusia sekaligus barang meskipun saking banyaknya jadi berdesak-desakan dan duduk serta tidur seadanya, dan kadangkala harus menunggu selama berjam-jam bahkan berhari-hari dilanting tepian sungai kapuas.
Untuk Rasa yang tertoreh di satu masa
Rasa ini sulit untuk ku terjemahkan dengan kata-kata, karena tak ada yang bisa menjabarkan dengan seutuhnya apa yang kini ku alami. Tapi seperti orang bijak berkata, jalani saja dan waktu jua yang bisa menyembuhkan. Seperti pohon yang berganti daun, musim demi musim memberikan aura keteduhan bagi semua mahluk yang berlindung padanya, demikian juga waktu...awalnya terasa menyakitkan, tapi waktu akan menolong kita untuk melupakan semua rasa sakit dan kesedihan...mungkin melupakan takkan bisa sama sekali, kenangan tetap akan terpatri disudut hati...
Rasa sakit ini, kadang membuatku ingin memakimu yang telah menorehkan asa itu, dan sejenak ku tergoda untuk mendoakan yang jelek-jelek untukmu..tapi apakah itu akan mengembalikanmu padaku...?tidak...karena hidup adalah tentang memilih..apakah aku harus dendam karena kau tak memilihku diantara semua?...haruskah?....tidak, aku tidak memilih untuk jadi orang itu, biarlah aku disakiti..aku dihianati..aku dikecewakan, biarlah kau memilih untuk jadi orang brengsek itu,..tapi aku, akan selalu mendoakan yang terbaik untukmu...mungkin masih ada waktu untukku, untuk menemukan cinta yang suci, yang murni, yang tulus, apa adanya tanpa takut dan kegelisahan akan rasa kehilangan..karena kita tak pernah ada digaris yang sejajar..maka, biarlah, lewat tulisan ini..ku ucapkan selamat berpisah, semoga yang terbaik terjadi dalam hidupmu sampai garis akhir.
Subscribe to:
Posts (Atom)