Sunday, October 30, 2011

Sang Waktu

Siapakah kita dibelantara hidup ini?
Kau dan aku, kita adalah diri kita sendiri...
Lahir,..hidup..menjelajah setiap sudut kehidupan...
Memburu,..berpacu...melambat..berhenti..kemudian berjalan lagi..........
Mencoba mengakali sang waktu dengan menipu diri sendiri
bahwa kitalah sang pengendali waktu....
Tapi sesungguhnya..kitalah sang budak waktu...
waktu yang tak pernah melambat atau menunggu...
waktu yang membuat kita terengah-engah dan kehabisan nafas....
waktu yang tak pernah kembali untuk mengajari kita hal yang sama dua kali....
waktu tak menunggu kita untuk mengerti dan menyerap segala hal sekaligus....
waktu tak mentolerir kemalasan dan kelambatan berpikir...
waktu memberi tantangan untuk ditaklukan...
waktu membuktikan kita manusia macam apa....jadi pecundang atau pemenang

Monday, October 10, 2011

Jairi, sosok pengajar muda di Hulu Kapuas




13182320221468232835
Sang Guru muda ditengah murid-muridnya

Mempersiapkan generasi penerus bangsa, hanya bisa dilakukan dengan pendidikan dan untuk memajukan pendidikan kadang membutuhkan pengabdian. Masalahnya tidak semua tempat diindonesia ini telah mendapatkan pelayanan pendidikan yang memadai, terutama dipelosok-pelosok terpencil. Pertanyaannya, siapakah yang mau melakukan pengabdian dan dikirim ketempat-tempat yang jauh dari kenyaman peradaban modern, dari minimnya sarana dan prasarana pendidikan. Karena hanya orang yang memiliki semangat pengabdian yang tinggi yang mau melakukan hal tersebut, hati yang terpanggil untuk menjadi garam dan terang ditengah buramnya dunia pendidikan bagi anak-anak yang berdiam dipelosok-pelosok yang jauh, mereka yang kadang mimpi-mimpiuntuk masa depan yang lebih baik harus kandas karena keterbatasan biaya, sarana dan prasarana pendidikan dan juga fasilitas umum lainnya.


1318232114181959283
Rumah dinas guru yang harus dipasang terpal agar tidak bocor

Menjadi sosok pendidik disebuah desa terpencil diperhuluan Kapuas kabupaten Kapuas Hulu Kalimantan Barat, yaitu desa bungan, bukanlah hal yang pernah terlintas didalam pikiran sosok muda kelahiran kota Surabaya ini. Bergabung dengan Yayasan Indonesia Mengajar yang dipelopori oleh Bpk. Anies Bawesdan, yayasan ini memiliki visi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa diseluruh pelosok nusantara. Salah satu tujuan utamanya adalah untuk mengisi kekurangan guru didaerah-daerah. Sosok muda itu bernama jairi, ditempatkan di sebuah desa bernama bungan. Desa bungan adalah salah satu desa paling terpencil kapuas hulu. hampir 100% penduduk lokal adalah suku dayak punan, satu-satunya jalur transportasi ketempat tersebut adalahmenggunakan speedboat melewati sungai berarus deras, karena itu satu-satunya SD Negeri ditempat tersebut hanya memiliki tiga orang tenaga pengajar, dengan bergabungnya jairi maka diharapkan proses belajar mengajar akan semakin baik dari sebelumnya.

13182311831903215587
Semangat belajar di alam terbuka nan segar
Dia bercerita tentang berbagai peristiwa yang dialami dan temui selama menjadi tenaga pendidik didaerah tersebut, mulai dari proses adaptasi terhadap masyarakat sekitar sampai minimnya sarana dan prasana pendidikan, tercetus pula keprihatinan akan masa depan anak didik yang selama ini menghadapi banyak kendala didalam menerima proses belajar mengajar. Selain karena minimnya tenaga pendidik yang sewaktu-waktu apabila ada urusan ke ibu kota kabupaten harus diliburkan beberapa saat sehingga proses belajar jadi tersendat, juga diakibatkan karena masih rendahnya motivasi para orang tua dalam mendorong anak-anaknya untuk menerima proses pendidikan yang ada. Hampir mayoritas penduduk desa bungan selain bertani dan menjadi perambah hutan juga berprofesi sebagai penambang emas liar. Pada waktu-waktu tertentu mereka lebih senang apabila anak-anak mereka yang masih belia itu ikut membantu orang tuanya mendulang emas karena hasilnya bisa untuk meningkatkan perekonomian keluarga. Sedih melihat kondisi tersebut, jairi berupaya menerapkan secara maksimal strategi belajar mengajar yang telah dia terima selama masa pembekalan, dan hasilnya tingkat kehadiran para peserta didik semakin membaik dan para orang tua juga mulai memberikan support kepada anak-anaknya agar dapat mengikuti pelajaran dengan baik. 

13182313832036221296
Main air setelah belajar..bikin fresh

Demikian sekilas cerita tentang seorang pengabdi muda yang telah rela meninggalkan kenyamanan kota besar demi ikut memajukan dunia pendidikan Indonesia, jalannya memang tidak mudah dan penuh rintangan namun apa yang dilakukan akan memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi mereka, jiwa-jiwa belia penerus bangsa. Mudah-mudahan sosok jairi bisa menginspirasi adik-adik mahasiswa dan pelajar yang sukanya tawuran, bahwa perubahan bukan hanya sebatas kata-kata, apalagi hanya dalam bentuk tindakan anarki, tapi perubahan adalah sesuatu yang diinterpretasikan dalam bentuk tindakan nyata, semangat mengabdi dan melayani adalah sesuatu yang sangat mulia dan dibutuhkan mereka, yaitu adik-adik kita yang berada jauh dipelosok-pelosok paling luar dari Negara ini. Salam salut untuk Indonesia Mengajar!

1318231609381197125
Indahnya alam di Hulu Kapuas

Wednesday, October 5, 2011

Dayak Tribe Traditional way of life


Suku dayak Kalimantan sebagaimana suku-suku lainnya diindonesia memiliki ciri khasnya sendiri, salah satunya berupa rumah tradisional. Dikenal sebagai rumah panjang karena terdiri dari banyak bilik yang mampu menampung sebuah komunitas dayak diperkampungan tertentu. Semakin banyak anggota komunitas maka akan semakin banyak bilik baru yang ditambahkan ke bangunan asli. Kebiasaan hidup masyarakat dayak sangat komunal, ikatan kekeluargaan sangat penting didasari semangat tolong menolong dan gotong royong. Tinggal bersama akan mempermudah memantau kehidupan anggota komunitas yang biasanya merupakan keluarga besar yang masih memiliki hubungan darah. Namun dewasa ini, cara hidup bersama dirumah panjang telah banyak ditinggalkan karena masyarakat semakin individualistis, alasan tata ruang dan kenyamanan. Salah satu wilayah yang penduduknya masih banyak menerapkan hidup komunal dirumah panjang adalah daerah perbatasan Indonesia Malaysia Kab. Kapuas Hulu Kalbar yang tediri dari suku iban dan taman baloh.



Dayak tribe traditional way of life

Dayak tribe of Borneo, as other tribes in indonesia has its own trademark, one form of traditional houses. Known as the long house or betang because it consists of many booths that can accommodate a certain at Dayak people community. More and more members of the community, the more the new booths were added to the original building. Dayak communities living habits are very communal, family ties are very important based on the spirit of mutual help and mutual aid. 


Staying together will make it easier to monitor the lives of members of the community which is usually a large family who still have blood relations. But today, how to live together at home long been widely abandoned due to increasingly individualistic society, spatial and comfort reasons. One of the areas whose population is still much to implement a long communal living at homeis Indonesia Malaysia border area consisting of the iban tribe and the taman baloh.

Tuesday, October 4, 2011

Nothing new under the sun


Sang Pengkhotbah anak Daud berkata :

Kesia-siaan belaka, kata Pengkhotbah, kesia-siaan belaka, segala sesuatu adalah sia-sia.

Apakah gunanya manusia berusaha dengan jerih payah di bawah matahari?


Keturunan yang satu pergi dan keturunan yang lain datang, tetapi bumi tetap ada.


Matahari terbit, matahari terbenam, lalu terburu-buru menuju tempat ia terbit kembali.


Angin bertiup ke selatan, lalu berputar ke utara, terus-menerus ia berputar, dan dalam putarannya angin itu kembali.


Semua sungai mengalir ke laut, tetapi laut tidak juga menjadi penuh; ke mana sungai mengalir, ke situ sungai mengalir selalu.


Segala sesuatu menjemukan, sehingga tak terkatakan oleh manusia; mata tidak kenyang melihat, telinga tidak puas mendengar.


Apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi; tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari.


Adakah sesuatu yang dapat dikatakan: "Lihatlah, ini baru!"? Tetapi itu sudah ada dulu, lama sebelum kita ada.


Kenang-kenangan dari masa lampau tidak ada, dan dari masa depan yang masih akan datangpun tidak akan ada kenang-kenangan pada mereka yang hidup sesudahnya.


Prosa yang ditulis oleh Salomo dimasa berkuasanya tersebut berbicara tentang siklus kehidupan. Segala sesuatu yang terjadi dari masa ke masa pada dasarnya hanyalah pengulangan hal-hal yang terjadi dimasa lampau. Tidak ada hal yang benar-benar baru, kita hanya melakukannya dengan cara yang berbeda. Cara yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda, tapi segala sesuatu akan kembali pada porosnya darimana ia berasal, debu kembali ke debu, kehidupan yang fana akan berakhir pada kematian. Akhir sebuah kehidupan yang berawal dibawah matahari, maka akan berakhir dibawah matahari pula dan kembali hidup dibawah cahaya abadi yang lain. Kenang-kenangan akan berakhir dibatas memori yang bertumbuh dibawah matahari, lampau, kini dan nanti.

Ada sebuah teori yang mengatakan bahwa pada tingkat kepuasan tertentu kita akan mulai jenuh kemudian menurun dan mencari pemuasan dalam bentuk lainnya, tidak  ada kepuasan yang kekal dibawah matahari, segala sesuatu adalah kesia-siaan. Kita mencari kebahagiaan dalam segala aspek kehidupan, tapi tetap ada ruang tersendiri yang tak terpuaskan, manusia mencari kekekalan, tapi apa yang kita anggap kekekalan tidak bertahan dibawah matahari, karena siklus kehidupan terus berputar. Keabadian hanyalah berupa kebenaran iman, sesuatu yang tidak kita lihat tapi kita yakini, tidak dibatasi malam dan siang, embun dan badai, penderitaan dan bahagia..matahari terbit dan matahari terbenam...keabadian adalah samudera raya kehidupan itu sendiri yang membenam kita dalam penciptaan yang baru melampaui apa yang kita ketahui tentang kehidupan ini. Saat siklus kehidupan dibawah matahari berakhir, maka  kehidupan yang baru berawal didalam keabadian Sang Pencipta. 

Monday, October 3, 2011

Menjadi " Berbeda"

Kita hanya sekumpulan manusia bertopeng yang kadang takut untuk menjadi diri sendiri. Kadang kita harus melakukan sesuatu agar dianggap sesuai dengan tuntutan sekitar kita, tak peduli bahwa hal tersebut tidak relevan dengan prinsip-prinsip yang kita anut.Kita mengatakan hal-hal yang manis demi menyenangkan hati orang lain, sementara pikiran berkata sebaliknya. Semua harus kita lakukan atas dasar norma  yang berterima umum dan berlaku dalam suatu komunitas. Norma yang kadang relatif karena berbeda situasi memiliki norma yang mungkin berbeda. Tapi orang-orang idealis menjaga kita untuk tetap jadi manusia yang jujur..jujur pada diri sendiri dan berani berbeda arah dalam menyatakan diri. Terima kasih Tuhan, karena masih ada orang-orang yang melakukan sesuatu bukan karena ingin dianggap pahlawan namun hanya karena itulah hal yang benar untuk dilakukan..mereka yang tak pernah menonjolkan apa yang mereka lakukan dan memilih lebih banyak bertindak ketimbang hanya berka-kata. Menjadi orang yang jujur memang harus berani jadi berbeda.