Wednesday, August 17, 2011

Burung Enggang Maskot Suku Dayak Kalimantan

Dok. Deby Parbud
Masyarakat dayak Kalimantan memiliki mascot berupa burung enggang karena merupakan hewan khas Kalimantan dan paruhnya sering digunakan sebagai hiasan topi atau Mandau dan alat-alat lainnya dan merupakan bagian dari ritual adat. Namun saat ini populasi burung enggang mulai mengalami penurunan yang cukup tajam sehingga pemerintah mengkategorikannya sebagai hewan langka dan dilindungi.  Salah satu tempat populasi burung ini terdapat dikabupaten Kapuas Hulu, tapi hanya ada didaerah-daerah tertentu. Salah satunya didesa teluk aur empangau yang merupakan perkampungan nelayan yang dihuni oleh suku melayu. Salah satu factor menguntungkan terjaganya populasi burung enggang adalah karena suku melayu tidak memiliki kebiasaan berburu dan ritual adat yang menggunakan burung enggang sebagai aksesoris. 
Enggang atau Rangkong (bahasa Inggris : Hornbill) adalah sejenis burung yang mempunyai paruh berbentuk tanduk sapi tetapi tanpa lingkaran. Biasanya paruhnya berwarna terang. Nama ilmiahnya “Buceros” merujuk pada bentuk paruh, dan memiliki arti tanduk sapi dalam bahasa yunani. Termasuk kelompok Bucerotidae memiliki 57 spesies. Sembilan spesies daripadanya berasal dari endemic bagian selatan Afrika. Makanannya terutama buah-buahan juga kadal, kelelawar, tikus, ular dan berbagai jenis serangga. (sumber : Wikipedia)

Dok. Deby Parbud

Burung enggang sebagai maskot kalimantan seharusnya kita jaga bersama agar tidak punah, agar dimasa datang mereka tetap dapat mengepakkan sayabnya dengan gagah dan menjadi simbol keberagaman spesies penghuni pulau terbesar diindonesia ini.