Celaka ...umpatan dari neraka itu tak terasa lolos dari mulutku ketika harus bergelayut pada akar-akar yang menjuntai ditebing bukit lokasi air terjuan liang nyiam. Terlebih lagi karena memanjat tebing bukit curam itu bukanlah bagian dari rencana semula, rupanya ada kawan-kawan yang termakan propaganda dari tim quide bahwa ada kayu belian berumur ribuan tahun terbesar di kapuas hulu yang menunggu untuk dibuktikan, celaka lagi..kebiasaan orang-orang kita adalah sulit berkata jujur terkait jarak..katanya sekalian pulang sudah memotong jauh jarak tempuh. Mana pernah saya mendapat pelatihan panjat tebing, dan tidak pernah niat lagi...quide menghiburku dengan mengatakan bahwa tidak lama lagi sudah rata permukaannya...ternyata benar saudara-saudara...selama beberapa menit kedepan permukaan tebing tetap rata keatas..sesampainya di kaki bukit yang agak datar, kesadaranku hanya tinggal separuh dan langsung menelungkupkan diri ditimbunan dedaunan...kemewahan pertama ditengah belantara.
Katanya sih petualang..ni masih segar2... |
Tujuan utama ke air terjuan liang nyiam ini |
muka lusuh semua akhirnya tiba dilokasi penyebab perjalanan konyol |
Lagi-lagi quide mengatakan tidak akan lama lagi perjalanan menuju kayu belian akan berakhir...meskipun pada kenyataannya..harus mencapai bukit kedua yang tak kalah curamnya, sial....rasanya sulit mengingat detail perjalanan karena separuh pingsan berjalan dengan terhuyung-huyung dan semua semangat untuk menjepret menguap dalam ketidaksadaran tersebut, karena itu aku tidak punya dokumentasi perjalanan itu.
Akhirnya dibukit kedua, sampailah dilokasi kayu belian..apa yang terjadi?...dalam benakku tadi, aku sudah membayangkan ingin mengepalkan tinju ke pohon tersebut, karena sudah menjadi alasan gila perjalanan tersinting dalam hidupku ini...ternyata, kami hanya menemukan fosil kayu belian yang sudah tumbang dan menjadi tempat bersarang komunitas kelelawar....bangsat!
Dengan rasa lelah dan dongkol bukan main bercampur kasihan pada diri sendiri dan rombongan, sinar matahari yang semakin redup menandakan hari beranjak senja kami mencari jalan pulang dan mendaki bukit ke tiga, pepohonan rimbun, onak dan duri sudah tidak terasa lagi melukai kaki...akhirnya tercetus pengakuan menyakitkan dari penunjuk jalan..bahwa ia benar-benar lupa jalan pulang....BAYANGKAN!!!!!
Rasanya otak sudah berhenti berpikir dan pasrah jika harus jadi fosil berikut apabila tersesat dibukit ketiga...dengan meraba-meraba mencari celah untuk jalan pulang, haripun sudah senja...kami sempat menemukan kebun dari kampung tetangga..namun jika mengikuti jalur itu..maka jarak tempuh akan sangat panjang..akhirnya diputuskan untuk menuruni tebing bukit yang curam dan dipenuhi rotan berduri...penunjuk jalan membuat semacam terowongan dengan menebas semak-semak yang menghalangi, namun menuruni tebing bukit ketiga tersebut luar biasa menyakitkan..selain curam dikiri-kanan penuh onak duri sehingga sulit mendapatkan pegangan untuk menahan keseimbangan tubuh. sudah tak terhitung rasanya luka-luka goresan dikaki dan tangan..akhirnya...kami sampai dibawah dan menemukan kembali lokasi persawahan yang dikenal oleh penunjuk jalan..akhirnya malampun tiba dengan berbekal berapa buah senter kamipun tiba dilokasi bendungan yang merupakan rute pertama menuju air terjun, beristirahat sejenak dan meneruskan perjalanan pulang akhirnya tiba diperkampungan kira-kira pukul 19.00 malam, disambut dengan fakta bahwa hampir saja orang dikampung menerjunkan tim SAR untuk mencari keberadaan kami.
Jika dipikir lagi, kami benar-benar konyol...ceroboh..berpikir pendek..dan sejenisnya..harusnya sebelum memutuskan merubah rute harus ditanyakan dengan serius kepada penunjuk jalan..kira-kira tahun berapa terakhir beliau itu melalui rute menuju kayu belian?
No comments:
Post a Comment