Save Our Borneo (SOB), sebuah lembaga peduli lingkungan, menyatakan
sekitar 80% kerusakan hutan yang terjadi di Kalimantan disebabkan
ekspansi sawit oleh perusahaan besar.
"Kerusakan terbesar
hutan di Kalimantan adalah karena pembukaan lahan untuk kelapa sawit,
dan sisanya sebanyak 20% karena pertambangan, dan area transmigrasi,"
Direktur Eksekutif Save Our Borneo, Nordin, di Palangka Raya, Kamis
(19/6).
Dampak negatif lain dari eksploitasi hutan adalah hilangnya identitas masyarakat setempat, kata Nordin. Arus
masuknya budaya luar yang dibawa oleh masyarakat pendatang dalam
kegiatan perkebunan maupun pertambangan dinilai telah mengakibatkan
lunturnya nilai-nilai kearifan lokal.
Sumber : http://www.dishut.jabarprov.go.id/?mod=detilBerita&idMenuKiri=&idBerita=390
https://www.facebook.com/nina.ajalah/videos/vb.1196321823/10205246649064551/?type=3&theater
Bukan rahasia umum bahwa memang fakta yang dituliskan diatas bukan isapan jempol. Entah bagaimana selama ini kita mampu menutup mata terhadap lajunya deforestasi hutan tropis yang mengakibatkan hancurnya ekosistem lokal. Hancurnya ekologi dan simbiosis mutualisme ekosistem didalamnya mengakibatkan hilangnya identitas masyarakat lokal yang semakin terdesak ruang hidupnya.
Saya sebagai generasi yang lahir tahun 1970-an termasuk generasi yang beruntung, mengalami era keemasan dimana alam memberikan berkah yang luar biasa terhadap manusia yang tinggal didalamnya. Sebagai generasi yang benar-benar menggantungkan hidup pada kemurahan alam, adalah suatu berkah bisa menikmati sumber daya pangan, papan misalnya tangkapan ikan yang melimpah dimusim kemarau, hasil berburu dan papan dan tiang untuk rumah.
Namun seiring berjalannya waktu, ternyata kalimantan yang dulunya begitu kaya akan hutan hujan tropis besertas flora fauna mulai mengalami deforestasi yang melaju dengan cepat dan mulai terasa perubahan suhu yang begitu ekstrim. Contohnya, dulu sampai jam 10 pagi suhu masih terasa nyaman dan sejuk, saat ini jam 8 pagi saja kadang panansnya begitu menyengat, apalagi siang rasanya sudah tak tertahankan untuk melakukan aktifitas disiang hari.
Aku tak bisa membayangkan bagaimana 10 tahun kedepan, apa yang akan terjadi saat ruang hidup makin sempit, tanah yang dimiliki masyarakat lokal dan hutan dan sungai yang saat ini menjadi andalan masyarakat didalam memenuhi kebutuhan hidup semakin sedikit yang bsia dimanfaatkan.
Tanggungjawab siapakah itu?..tentu tanggungjawab kita bersama, tanggungjawab regulator, tanggungjawab masyarakat untuk mempertahan ruang hidup mereka tanggung jawab pemerintah selaku regulator untuk memikirkan yang terbaik bagi masyarakat yang hidup di dalam alam yang terkait satu sama lain.
No comments:
Post a Comment