Memanfaatkan waktu libur lebaran kemarin, penulis bersama teman-teman sepakat untuk melakukan perjalanan ke perbatasan lintas utara kabupaten kapuas hulu dengan menggunakan sepeda motor. Cukup melegakan karena saat ini jalan lintas utara yang menghubungkan ibu kota kabupaten putussibau ke daerah-daerah yang terletak disepanjang jalur perbatasan indonesia-malaysia sedang dalam kondisi yang jauh lebih baik dari setahun lalu. Jalan beraspal sudah mencapai kecamatan embaloh hulu dan setelah itu meskipun masih berbentuk pengerasan jalan tapi tidak ditemui ada lagi kolam-kolam dan lubang-lubang menganga karena telah diratakan dengan alat berat dan ditimbun dengan pasir dan kerikil. Kondisi jembatan juga sudah lebih baik karena pengerjaan beberapa jembatan beton telah selesai.
Seperti biasa, perjalanan ini menjadi petualangan yang menyegarkan mata dan jiwa karena begitu unik dan kayanya wilayah lintas utara ini dengan bentang alam yang luar biasa. Hutan dan keberadaan dua taman nasional diwilayah ini menjadikan wilayah lintas utara sebagai tujuan ekotourisme untuk trakking dan adventure lainnya. Tapi sayang, karena rencana untuk ke Taman Nasional Danau Sentarum batal akibat kemarau panjang yang mengeringkan wilayah danau terbesar dikabupaten kapuas hulu ini.
Bermalam semalam dikecamatan badau, dirumah paman teman seperjalanan untuk keesokan harinya mengunjungi kecamatan terluar indonesia yaitu kecamatan empanang. Begitu jauhnya perjalanan menjadi suatu kesan tersendiri dihati saya, betapa luasnya wilayah NKRI, betapa kayanya kita dengan hutan dan rimba yang masih menghijau sejauh mata memandang. Hutan yang dulu gundul akibat pembalakan liar oleh pengusaha-pengusaha malaysia kini mulai menghijau kembali, tapi dibeberapa titik terdapat area perkebunan kelapa sawit yang mulai tumbuh dari Group Perusahaan SInar Mas. Semoga tidak merusak area ekosistem yang luar biasa itu.
Bergulirlah berbagai cerita menarik dari teman-teman yang bertugas diperbatasan, mengenai hubungan kekerabatan antara malaysia dan indonesia. Dimana mereka lebih sering bertandang ke negara tetangga daripada ke ibu kota kabupaten karena jarak tempuh yang begitu jauh dan melelahkan. Keluarga-keluarga mereka yang berdiam dinegara tetangga dan bahkan anak-anak mereka yang sekolah, kuliah dan menjadi pekerja profesional dinegara itu karena sejak lahir sudah mendapatkan status kewarganegaraan malaysia meskipun orang tua mereka berstatus sebagai warga negara indonesia. Mengherankan, dikecamatan empanang kami menemukan harga bensin per liter Rp.7.000,- padahal di ibu kota kabupaten kapuas hulu harga perliter saat lebaran kemarin mencapai Rp.10.000,-. Bukannya ingin membandingkan, harga-harga kebutuhan pokok dinegara tetangga tersebut jauh lebih murah dan terjangkau. Karena itu sebagian besar masyarakat perbatasan lebih suka menggunakan barang-barang dari negara sebelah ketimbang produk nasional. Bisa menikmati mobil-mobil murah, double gardan kembara paling gres bisa didapat dengan harga 3o juta rupiah, tak heran dirumah seorang teman diperbatasan terparkir dengan manis tiga buah mobil malaysia.
Cerita unik lainnya, tentang seorang pegawai negeri indonesia tapi dua anaknya telah menikmati pendidikan gratis dinegara tetangga dan salah satunya menjadi pegawai kerajaan malaysia setelah lulus dari sebuah universitas teknologi disana. Temanku sambil bercanda mengatakan memang keren juga tinggal diperbatasan, bisa punya dua kewarganegaran..punya dua kaki untuk melangkah. Dan saya menimpali dengan bercanda..wah, bapak ini plin-plan punya dua negara. Tapi keren juga bisa menghadiri wisuda anaknya di KL...Dimanapun tak masalahkan?, yang penting negara mana yang bisa memberikan masa depan yang cerah buat mereka...adalah hak mereka toh untuk hidup layak dan memilih..ketimbang menunggu yang tidak jelas.
Dikecamatan empanang, kami sempatkan untuk berkunjung kerumah pak camat sambil ngobrol-ngobrol tenang kondisi diperbatasan. Beliau mengeluhkan tentang sarana dan prasarana penunjang tugas yang minim tetapi memang begitulah kondisi rata-rata daerah perbatasan. Pulangnya saya dibekali oleh-oleh standar dari perbatasan berupa minuman MILO produk malaysia.
Jam 15.00 kami beranjak kembali lagi ke putussibau dan tibanya jam 19.00 malam..lumayan capek dan melelahkan tapi kesan yang mendalam membuat kami ketagihan dan merencanakan sebuah perjalanan kembali diliburan berikutnya sampai masuk ke negara tetangga. Tapi tentunya harus mempersiapkan surat-surat resmi agar tidak ditangkap sebagai pendatang ilegal.
No comments:
Post a Comment