Monday, October 29, 2012

Mampir di Kota Tua Jakarta

Ke jakarta, jangan lupa ke kota tua....


Dari sekian banyak kunjungan ke jakarta dalam rangka tugas, kadang tidak pernah sempat untuk menelusuri jauh lika-liku jakarta dengan segala destinasi wisatanya. Salah satu tujuan wisata yang kerap ku dengar adalah keberadaan sebuah tempat bernama kota, kenapa dikasih nama kota ? 


Kota Tua Jakarta, juga dikenal dengan sebutan Batavia Lama (Oud Batavia), adalah sebuah wilayah kecil di Jakarta. Wilayah khusus ini memiliki luas 1,3 kilometer persegi melintasi jakarta Utara dan Jakarta Barat (Pinangsia, Taman Sari dan Roa malaka).



Dijuluki "Permata Asia" dan "Ratu dari Timur" pada abad ke-16 oleh pelayar Eropa, Jakarta Lama dianggap sebagai pusat perdagangan untuk benua Asia karena lokasinya yang strategis dan sumber daya melimpah.



Tahun 1526, Fatahillah, dikirim oleh Kesultanan Demak, menyerang pelabuhan Sunda kelapa di kerajaan Hindu Pajajaran kemudian dinamai Jayakarta Kota ini hanya seluas 15 hektar dan memiliki tata kota pelabuhan tradisional Jawa. Tahun 1619, VOC  menghancurkan Jayakarta di bawah komando Jan Pieterszoon Coen. Satu tahun kemudian, VOC membangun kota baru bernama Batavia untuk menghormati Batavieren, leluhur bangsa Belanda. Kota ini terpusat di sekitar tepi timur Sungai Ciliwung, saat ini Lapangan Fatahillah.




Penduduk Batavia disebut "Batavianen", kemudian dikenal sebagai suku "Betawi", terdiri dari etnis Kreol yang merupakan keturunan dari berbagai etnis yang menghuni Batavia.


Tahun 1635, kota ini meluas hingga tepi barat Sungai Ciliwung, di reruntuhan bekas Jayakarta. Kota ini dirancang dengan gaya Belanda Eropa lengkap dengan benteng (Kasteel Batavia), dinding kota, dan kanal. Kota ini diatur dalam beberapa blok yang dipisahkan oleh kanal. Kota Batavia selesai dibangun tahun 1650. Batavia kemudian menjadi kantor pusat VOC di Hindia Timur Kanal-kanal diisi karena munculnya wabah tropis di dalam dinding kota karena sanitasi buruk. Kota ini mulai meluas ke selatan setelah epidemi tahun 1835 dan 1870 mendorong banyak orang keluar dari kota sempit itu menuju wilayah Weltevreden (sekarang daerah di sekitar Lapangan Merdeka). Batavia kemudian menjadi pusat administratif Hindia Timur Belanda. Tahun 1942, selama pendudukan Jepang, Batavia berganti nama menjadi Jakarta dan masih berperan sebagai ibu kota Indonesia sampai sekarang.


Tahun 1972, Gubernur Jakarta, Ali Sadikin, mengeluarkan dekrit yang resmi menjadikan Kota Tua sebagai situs warisan. Keputusan gubernur ini ditujukan untuk melindungi sejarah arsitektur kota — atau setidaknya bangunan yang masih tersisa di sana.
Meski dekrit Gubernur dikeluarkan, Kota Tua tetap terabaikan. Banyak warga yang menyambut hangat dekrit ini, tetapi tidak banyak yang dilakukan untuk melindungi warisan era kolonial Belanda
Menjelajahi kota tua, saya gak kesulitan membayangkan kemegahan kota ini dimasa lalu, terutama karena kondisinya yang seperti tidak terawat dengan banyak penjual kaki lima bertebaran disana-sini sambil awas terhadap bapak-bapak Satpol PP yang sewaktu-waktu akan menyuruh mereka memindahkan lapak mereka ke tempat yan di ijinkan. Banyak bangunan bernilai historis dengan arsitektur megah dimasa lalu telah hancur dan meninggalkan sisa-sisa yang telah retak. Namun memandang beberapa bangunan yang masih utuh tersisa dan difungsikan untuk kantor-kantor, maka imajinasi liarku membayangkan para tuan besar, meener belanda yang hilir mudik dengan jas putihnya menghisap cangklong, berkumis lebat serta membawa tongkat..berjalan dengan angkuh merenda cita-cita dan ambisi sebagai penguasa tunggal tanah air nusantara yang begitu kaya dan melimpah dengan kekayaan alamnya yang luar biasa, sebuah tempat yang begitu luar biasa dibumi ini yang kini bahkan tengah dilacurkan oleh bangsanya sendiri. Barangkali, nyonya dan nona-noda berambut pirang dan bermata biru sedang mengiringi para suami mereka dengan langkah yang anggun, bergosip sesama mereka, bergaun mewah berenda seperti film-film klasik yang biasa kusaksikan dilayar kaca.

Demikianlah, sesaat dikota tua bernostalgia akan masa lalu sambil menyayangkan kenapa kita tidak mampu menjaga keindahan dan kemegahan situs kota tua ini, akhir kata...selamat menikmati perjalanan saya dan jangan lupa untuk mengunjungi kota tua..


No comments: