Kalau Natal berbicara tentang kasih tak bersyarat, maka ibulah natal itu. Natal adalah tentang hadiah tak ternilai bagi kehidupan manusia, ketika Allah memberikan kesempatan bagiku untuk memiliki hidup yang berharga melalui pemberian kasihnya yaitu putra Nya yang tunggal sebagai jembatan penghubung antara manusia yang berdosa dengan Allah yang kudus..maka ibu bagiku adalah perwujudan kasih Allah dalam hidupku, berjuang memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya tak peduli dirinya seperti lilin yang membakar dirinya sendiri untuk memberikan cahaya bagi orang lain. Melalui dia aku belajar tentang iman, aku belajar bahwa hidup adalah tentang bagaimana kita menjalaninya dengan keyakinan dan keyakinan takkan berarti bila tak bermanfaat bagi sesama seperti Tuhan Yesus yang rela meniadakan semua keagunganNya dengan lahir dikandang domba dan tinggal diantara orang-orang yang dipandang sebelah mata oleh dunia. Yesus membuat dirinya terjangkau oleh kita. Ibuku membuatku bisa menjangkau semua harapan dan impian manusiaku oleh keyakinan terhadap Dia..bukan dengan cara yang mudah, tetapi dengan perjuangan dan pengorbanan.
Aku melihat seorang ibu yang mendedikasikan seluruh hidupnya dengan satu tujuan...untuk memberikan masa depan yang baik kepada anak-anaknya, tak peduli rintangan apapun yang menghalangi ibuku seperti seorang pejuang yang selalu siap menghadapi apapun juga. Ketika ku tanya bagaimana ia melewati itu semua, jawabannya hanya satu..bahwa tak sedikitpun ia merasa lelah, ia seperti diberikan kekuatan dan semangat luar biasa untuk bekerja karena saat itu yang tersirat dipikirannya hanya kami...agar tidak mengalami nasib yang sama dengannya, hidup dalam keprihatinan dari masa kanak-kanak bahkan dimasa dewasa. Aku telah menyaksikan bagaimana tangan dan kaki itu bekerja seumur hidupku, aku kerap tergelitik dengan kecepatan berpikirnya untuk mengatasi persoalan..ibuku wanita yang luar biasa...bisa membaca dan menulis meskipun hanya bersekolah tiga hari..aku kerap mengintip ibuku berdoa, dan merasa malu karena iman seperti apa yang ku miliki dibanding iman yang dimiliki ibuku.Ibuku tidak malu dengan keterbatasannya, karena itu saat ayahku menjadi pejabat, ibuku tetap melakoni apa yang ia bisa yaitu berladang dan berkebun, menoreh karet..apapun itu yang menghasilkan uang agar dapur tetap ngebul. Aku sering mengeluh karena tanganku terkelupas ketika menumbuk padi, tapi tangan ibu tidak hanya terkelupas..kadang tersayat oleh rumput yang tajam dan kulitnya menebal karena aktivitas kasar yang harus ia lakukan setiap hari...dulu aku sering mengeluh sakit kepala karena harus memikul kayu bakar dibahu kadang kepalaku tapi ibuku hanya bilang..begitulah nasib orang yang tidak sekolah..hanya bisa melakukan pekerjaan kasar...dari semua itu, aku belajar tentang hidup..bahwa untuk meraih sesuatu kita harus berjuang dan kadang berkorban, dan iman tak berarti tanpa tindakan. Tak ada berkat yang jatuh dari langit begitu saja, ada saatnya Tuhan ingin kita bertindak untuk menjangkau dengan usaha kita.
Bagi ibu, tak ada waktu yang sia-sia...waktu begitu berharga untuk hidup dalam penyesalan dan berdiam diri. Bila hidup itu adalah sesuatu, maka kitalah yang harus memberi nilai terhadap sesuatu itu. Tak ada kisah sentimentil tentang ibuku, semuanya adalah tentang tindakan...kasih sayang harus disertai dengan tindakan untuk berbuat benar..iman harus disertai dengan usaha...mau sukses maka kerja keraslah, kemiskinan tidak menghalangi kita untuk maju...kemiskinan itu hanya ada dalam pikiran...itu ibuku, pahlawanku...itu arti natal bagiku, yaitu tentang Ibuku. Dan memang..tak ada kata-kata yang cukup untuk menggambar tentang arti seorang ibu bagiku.
No comments:
Post a Comment