Wednesday, March 26, 2014

Tentang Orang Bergolongan Darah O

KEPRIBADIAN ORANG BERGOLONGAN DARAH O


Saya mendapat tulisan yang bagus tentang ciri-ciri karakter orang berdarah O, karena saya sendiri berdarah O. kayaknya 99 persen sesuai dengan sifat saya, tulisan ini dapat di akses melalui link dibawah

Tulisan lengkapnya adalah sebagai berikut :
Tipe golongan darah O adalah tipe pemimpin, yang tidak gampang menyerah dan selalu berusaha bertahan di situasi terburuk sekalipun. Ia punya mental yang bagus sehingga tidak gampang dijatuhkan dan dibuat pesimis. 
Golongan darah O adalah sosok yang apabila ada sesuatu hal yang menarik, maka ia bisa sangat termotivasi untuk mencapai sesuatu. Itulah sebabnya ia cocok bekerja di tempat yang memanjakannya dengan reward. Begitu ia tahu ada reward besar di tempat kerjanya, maka ia akan menunjukkan dedikasi dan hasil kerja yang sangat bagus. 
Jangan bermain-main dengan golongan darah O, karena ketika iming-iming hadiah yang Anda janjikan itu hanya fatamorgana, ia akan seketika kehilangan semangat
Golongan darah O adalah golongan darah yang idealis, ia punya prinsip yang sangat berbeda dalam hidup. Pun demikian, ia juga termasuk sosok yang realistis akan segala hal. Ia juga termasuk orang yang ogah rugi.
Ia termasuk orang yang tidak mudah menerima hal baru nan unik. Bahkan ia akan cenderung memiliki sedikit sahabat dekat, ketimbang menjalin pertemanan baru dengan orang-orang berbeda. Tetapi sebagai sahabat, ia adalah orang yang setia dan sangat menyayangi sahabatnya.
Golongan darah O jarang bisa membagi konsentrasi dengan banyak hal sekaligus. Ia cenderung akan berkonsentrasi pada satu hal saja begitu ia menemukan suatu hal yang menarik.
Tidak mudah menerima hal baru yang modern, golongan darah O cenderung hidup dengan cara konvensional dan teori-teori yang sudah dijalankannya sejak lama. Ia juga cenderung tidak mudah menyukai tren baru.
Golongan darah O orang yang mudah terpancing emosi. Tetapi ia hanya akan marah di depan orang yang ia tak suka, ia tak pernah berbuat curang dan menusuk orang dari belakang. 
Tapi agak tidak setuju dengan poin bahwa gol darah O tidak mudah menerima hal baru yang modern, karena saya akan tertantang untuk menguasai hal-hal baru kalau itu bermanfaat untuk saya, yang tidak bermanfaat pasti tidak akan saya perdulikan..saya memang agak mudah terpancing emosi tapi hanya sesaat karena perhatian saya akan mudah teralihkan pada hal lain.  Ya gitu deh..semoga bermanfaat.

Sumber:
http://www.vemale.com/tags/menebak-kepribadian/48413-komik-lucu-kepribadian-golongan-darah-o.html?utm_source

Tuesday, March 18, 2014

Merawat Republik dengan Akal Sehat, Rocky Gerung

"Pepatah Itali mengingatkan: "Bila akal sehat tertidur, maka para monsterlah yang menguasai malam". Kepemimpinan yang gagal mengaktifkan akal sehat, bertanggung jawab terhadap  munculnya Republic of Fear. Ekonomi dapat bertumbuh tanpa kebijakan pemerintah, tetapi keamanan warganegara dan keadilan sosial menghendaki pemihakan negara. Tanpa pemihakan itu, Republic of Fear akan tumbuh melampaui Republic of Hope.


Kita memelihara Republik, karena hanya dalam ruang politik itulah pikiran individu memperoleh kesempatan untuk diperiksa secara publik. Pikiran yang tidak dapat diperiksa di depan publik, adalah pikiran yang membahayakan Republik. Kita memelihara Republik karena kita ingin hidup dalam kesetaraan, kemajemukan dan keadilan. Marilah merawat Republik dengan akal sehat, agar para monster tidak menguasai malam, agar kita dapat nyenyak sepanjang malam. Karena besok, ada tugas menanti di Republic of Hope."


Merawat Republik dan mengaktifkan akal sehat, Pelajaran politik dari Rocky Gerung

Menemukan sebuah tulisan yang sangat inspiratif membuat saya berpikir bahwa pemikiran semacam ini perlu disebarluaskan untuk menjadi renungan bersama, kenapa saat ini akal sehat, etika politik jarang selaras dengan praktek politik dinegara ini. Sebagian besar orang yang ku temui bersikap apatis ketika  ditanya sikap politiknya, mayoritas telah kehilangan harapan dan kepercayaan kepada orang-orang yang duduk dikursi legislatif. 
"Kewarganegaraan"  adalah ide tentang tanggung jawab warganegara lintas politik, lintas komunal. Realisasinya memerlukan pemahaman fundamental tentang etika parlementarian, yaitu bahwa "kedaulatan rakyat" tidak pernah diberikan pada "wakil rakyat". Yang diberikan hanyalah kepentingan rakyat tentang satu isu yang secara spesifik didelegasikan pada "si wakil", dan karena itu dapat ditarik kembali setiap lima tahun. Juga dalam tema ini kita pahami bahwa "kedaulatan rakyat" tidak sama dengan "mayoritarianisme". Kedaulatan rakyat justeru difungsikan untuk mencegah demokrasi menjadi permainan politik golongan mayoritas. Itulah sebabnya kedaulatan rakyat tidak boleh dikuantifikasi dalam statistik atau dalam hasil Pemilu." Rocky Gerung
Lebih jauh lagi "Konsolidasi demokrasi memang sudah tertinggal oleh akumulasi kekuasaan. Enersi yang pernah  kita himpun untuk menghentikan otoritarianisme, tidak lagi cukup untuk menggerakkan perubahan. Sebagian disebabkan oleh sifat politik reformasi yang amat "toleran",  sehingga memungkinkan seorang jenderal pelanggar HAM duduk berdebat semeja dengan seorang aktivis HAM, mengevaluasi kondisi demokrasi.  Juga tidak aneh menyaksikan seorang tokoh terpidana korupsi menjadi narasumber sebuah talkshow yang membahas arah pembangunan nasional. Transisi yang amat toleran itu telah  meloloskan juga obsesi-obsesi politik komunalistik yang hendak mengatur ruang politik publik dengan hukum-hukum teokrasi. Di dalam keserbabolehan itulah kekuasaan politik hari-hari ini menarik keuntungan sebesar-besarnya. Tetapi berdiri di atas politik uang dan politik ayat, kekuasaan itu kini tampak mulai kehilangan keseimbangan. Antara tergelicir ke dalam lumpur, atau tersesat di gurun pasir, kekuasaan itu tampak kelelahan untuk bertahan"
maka kita menadi pemirsa yang kadang-kadang terheran-heran melihat perdebatan tak masuk akal dilayar kaca, ketika kebenaran menjadi absurd, batas antara hitam dan putih menjadi samar. Meskipun akal sehat kita memahami siapa yang sebenarnya bersalah, tapi disisi lain gempuran informasi yang simpang siur membuat pertahanan logika kita menjadi jebol. Peran media untuk memberitakan secara objektif kadang-kadang tak bisa diyakini, akhirnya orang-orang bersikap apatis masa bodoh, seperti kata pak Anies Bawesdan bahwa yang membuat negara ini hancur adalah ketika banyak orang-orang baik yang memilih untuk diam dan tak berbuat apa-apa, orang-orang cerdas dan memiliki integritas tidak memandang manfaat apapun dari kekisruhan tersebut.
Dalam lanjutan pidatonya, beliau mengatakan" Republik adalah ide minimal untuk menyelenggarakan keadilan, kesetaraan dan kemajemukan. Normativitas ini menuntut pekerjaan politik, pada dua lapis. Pertama, suatu imajinasi intelektual untuk merawat konsep "publik" pada kondisi sekulernya. Kedua, suatu perlawanan politik terhadap teokratisasi institusi-institusi publik. Artinya, ide republik hanya dapat terselenggara di dalam suatu usaha intelektual yang berkelanjutan, yaitu usaha mempertahankan kondisi perdebatan politik pada dataran duniawi, sosiologis dan historis. Usaha ini bukan dimaksudkan untuk meyakinkan kaum absolutis, melainkan untuk membantu mereka yang ragu-ragu karena kekurangan alat kalkulasi logis. Mereka yang "ragu-ragu" inilah sesungguhnya yang dapat "membiarkan" demokrasi dikuasai dan dikendalikan oleh politik absolutis. Golongan "ragu-ragu" ini bukan saja mengalami kecemasan di dalam membayangkan suatu masyarakat sekuler, tetapi juga tergoda membayangkan suatu "keuntungan moral" di dalam suatu politik teokratis. Gangguan akal sehat semacam inilah yang secara cepat dimanfaatkan oleh politik fundamentalisme untuk menebar hegemoni moral mayoritas"
Kondisi ketidakpercayaan dan sikap acuh melahirkan golongan ragu-ragu yang mudah dimanfaatkan oleh kepentingan-kepentingan tertentu, mereka ragu untuk bersikap, ragu untuk memilih, ragu untuk bertindak..misalnya ketika kita punya pilihan-pilihan Capres A, Capres B..yang A seorang nasionalis dan plural sedangkan yang B adalah seorang ideologis fundamental yang memiliki massa. Golongan ragu-ragu memilih untuk golput, tanpa menyadari bahwa kondisi tersebut bisa memenangkan si Capres B yang ideologis dan fundamentalis. Pilihan untuk tidak bersikap bisa melahirkan satu sistem baru yang mampu merubah secara fundamental sistem berbangsa dan bernegara ini.
" Di dalam Republik, kita menyelenggarakan pluralisme. Artinya, kita bukan sekedar mengakui perbedaan pandangan hidup, tapi kita sendiri juga dapat berobah  pandangan hidup. Dalam pluralisme, kita tidak menyebut kebenaran itu "relatif", melainkan "tentatif". Karena itu selalu terbuka kesempatan untuk berselisih pendapat, agar kita bisa bercakap-cakap. Rocky Gerung"
Sampai saat ini, saya kadang tidak paham akan ketakutan orang-orang terhadap pluralisme, ketika mereka mengartikan pluralisme dan sekulerisasi sebagai momok menakutkan dan dapat mengancam eksistensi mereka, justru bukankah pluralisme menjamin bahwa semua orang dapat melangsungkan eksistensi diri dengan bebas tapi bukannya tanpa batasan. Karena seperti kata beliau bahwa kebenaran bersifat tentatif artinya, bahwa pluralisme menjamin ruang terbuka untuk membicarakan tentang kebenaran dalam suasana damai dan demokratis.
"Kewarganegaraan adalah percakapan diantara mereka yang tidak fanatik. Republik adalah lokasi politik yang menampung semua proposal sekuler. Di sini kita harus pahami ide Republik bukan semata-mata sebagai instalasi politik teknis, tetapi sebagai struktur percakapan etis. Di dalam Republik, "suasana" percakapan publiklah yang lebih utama ketimbang fasilitas-fasilitas politiknya (partai, pengadilan, birokrasi).  Di dalam Republik-lah manusia menyelenggarakan dirinya sebagai "zoon politicon", merundingkan kepentingan bersama, memutuskan keadilan dan mendistribusikan kebutuhan dasar. Proses ini mengandaikan kebebasan dan kesetaraan. Itulah sifat publik dari politik. Dengan kata lain, intervensi nilai-nilai personal ke dalam ruang publik tidak boleh terjadi. Nilai personal, pandangan moral komunal, harus dikonversi ke dalam tata bahasa politik publik bila ingin diajukan sebagai proposal publik. Artinya, keterbukaan dan kesetaraan di dalam Republik hanya mengandalkan diskursus rasio publik. Dan sifat diskursus itu adalah falibilis, bukan absolutis" 


Ketika duduk semeja dalam ruang yang bernama republik, maka seharusnyalah para wakil rakyat, eksekutif menanggalkan hasrat dan kepentingan pribadi serta golongan dan memandang tujuan yang lebih besar dari dasar berbangsa dan bernegara yang telah disepakati bersama, karena mereka bukan lagi milik partai A, partai B dan c dan seterusnya..karena saat mereka mendeklarasikan diri sebagai wakil rakyat mereka adalah milik rakyat yang memilihnya dan rakyat adalah representasi dari sebuah negara yang berdaulat.

Putussibau, Pertengahan Maret 2014
Mencoba belajar politik

Monday, March 17, 2014

Penderitaan Nabi Ayub

Memotivasi orang lain kadangkala lebih mudah daripada memotivasi diri sendiri, khususnya saat mengalami masa-masa sulit ketika beban begitu berat dan rasa terpuruk yang begitu hebat sampai-sampai aku merasa mungkin takkan pernah pulih seperti sediakala. Tapi seperti kata bijak seseorang, bahwa disaat-saat seperti itu, akan membantu apabila kita melihat kembali pada orang-orang yang mungkin mengalami masalah yang lebih berat dari yang pernah kita alami. Aku teringat pada satu kisah dari injil perjanjian lama tentang penderitaan Nabi Ayub, yang diuji ketaatannya lebih daripada orang-orang beriman yang pernah hidup dimasa itu. Ketika iblis melihat betapa berimannya beliau kepada Tuhan, maka iblis meminta izin untuk mencobai Ayub kepada Allah. Akhirnya Allah mengabulkan permintaan iblis, karena Dia tahu dan mengenal hati Ayub dan akhirnya apa yang dialami oleh Nabi Ayub menjadi kesaksian yang menginspirasi umat manusia sepanjang masa, bahwa dalam kesakitankah, dalam penderitaan dan kehilangan yang teramat sangat..tidak akan bisa memisahkan kita dari Kasih Allah.
Nabi Ayub mengalami kehilangan yang luar biasa dalam ketaatannya pada Tuhan, kehilangan orang-orang yang beliau kasihi, kehilangan semua yang dia miliki sampai kehilangan status sosial dimata masyarakat..bahkan itu belum cukup, beliau masih dihakimi oleh orang-orang yang melihat bahwa ternyata iman Nabi Ayub sebagai penyebab kecelakaan demi kecelakaan yang dia alami. Seberapa banyak kehilangan kita jika dibandingkan dengan kehilangan Nabi Ayub?...kehilanganku,..penderitaanku...apakah aku akan kehilangan harapan dan iman pada Tuhan?...aku berdoa, agar aku memiliki sedikit kekuatan untuk bangkit lagi...dan tidak kehilangan rasa percaya pada Tuhan dan hidup ini,..aku ingin belajar dari Nabi Ayub..aku pernah melakukan banyak kesalahan-kesalahan yang tak tersembunyi dimata Tuhan, tapi aku mau berubah dan tidak kembali lagi pada cara hidupku yang lama. Bukan karena aku kuat atau hebat, tapi karena belas kasih Tuhan yang memampukanku...
Aku menyadari betapa banyak waktu yang telah terbuang untuk aku mengejar apa yang menjadi keinginan hati dan ternyata semua itu kadang berakhir dengan kekecewaan dan meninggalkan lubang yang besar dilubuk hati. Tapi tak apa...aku memaafkanmu untuk semuanya yang aku rasakan...dan maafkan aku mengecewakanmu seperti itu, semoga kita dapat belajar untuk jadi manusia yang lebih baik tanpa kehilangan iman dan percaya pada Tuhan.

Sunday, March 16, 2014

Memainkan isu SARA menjelang Pilpres dan Pileg

Teringat sebuah tulisan dimedia blogger terbesar ditanah air, setelah gagal jadi blogger disitu akhirnya aku cuma suka membaca. Banyak tulisan-tulisan yang keren dengan berbagai genre, tapi kebebasan bagi penulis untuk menuangkan ide kreatif kadang-kadang kebablasan atau mungkin memang sebuah pilihan bagi pengelola kompasiana untuk menjamin kebebasan berpendapat tanpa batas meskipun tulisan-tulisan bernuansa SARA kadang cukup mengganggu. 
Misalnya tulisan dengan tautan berikut "http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/03/17/sekjen-miui-selangkah-lagi-jokowi-kafirkan-indonesia-639225.html" secara pribadi, aku menghargai penulis, sampai pada kalimat persetujuan penulis, bahwa pendapat sang Ustad pencetus ide originil tersebut ada benarnya, aku prihatin ternyata masih ada orang-orang yang berpikir sempit dan belum siap menjadi warga negara indonesia yang menghormati sendi-sendi dan dasar negara ini yaitu UUD 45 dan Pancasila. 
Sejogyanyalah, ketika kita masuk kedalam sebuah rumah yang dibangun dengan kesepakatan bersama, dengan niat luhur bersama membuat komitmen untuk menjadi rumah tersebut sebagai tempat tinggal yang nyaman bagi semua orang dengan berbagai latar belakang, maka ketika ada salah satu anggota yang merasa tidak nyaman atau tidak pas, bukankah lebih baik orang tersebut keluar dan mencari tempat tinggal yang baru diluar bangunan tersebut dimana ia merasa bisa eksis dengan aturan-aturan baru? Begitu sedihnya, ketika orang-orang tersebut sangat gampang mencap orang yang tidak sama dengan dirinya sebagai orang-orang yang kafir, tapi saya dan semua umat minoritas ditanah air ini selalu mencoba memahami bahwa hanya segelintir orang yang berpikiran sempit, semoga Tuhan membuka mata hati mereka..dan saya pribadi selalu merasa nyaman dengan perbedaan-perbedaan yang ada..saya lebih melihat hati seseorang, pikiran dan cara dia memandang hidup daripada agama apa yang dia peluk,...karena tidak ada satu individupun yang diciptak Tuhan sama..setiap manusia unik dan Tuhan kasihi dengan cara masing-masing. Semoga Tuhan melindungi negara ini, amin

Masalah, mendewasakan atau menghancurkan?

Setiap individu takkan pernah lepas dari yang namanya masalah, entah karir, finansial, hubungan sosial, keluarga, hubungan cinta...intinya masalah sudah setua kejatuhan adam dan hawa dari taman firdaus. "yang tak pernah kita ketahui, takkan menyakiti kita..." demikian kalimat bijak entah siapa yang membuatnya...pengetahuan kita terhadap sesuatulah yang menjadi semua problema hidup sebagai masalah, tapi pengetahuan jugalah yang dapat menjadi solusi. Namun apakah, setiap orang memiliki kemampuan yang sama untuk menggunakan pengetahuan itu secara bijak guna memecahkan masalah sehingga kita jadi lebih baik olehnya,....atau justru masalah-masalah yang kita hadapi akan membuat kita jadi manusia yang tidak baik, seorang pembohong dan penghianat...? entahlah, semua kembali pada diri masing-masing....
Apakah ada gunanya, menyimpan kekecewaan untuk waktu yang lama karena kebohongan itu memang menyakitkan kalau dipikir-pikir, atau aku memilih untuk melepaskan semua itu dan melangkah dengan bebas..bebas dari rasa berharap, bebas dari rasa dendam dan benci..karena harusnya semua masalah yang ku hadapi ada untuk membuat aku jadi manusia yang lebih baik, bukan membuatku jadi sosok yang penuh akar pahit. Karena memang sudah jadi sifat dasar manusia untuk mengingkari apa yang jadi kata hati, kadang-kadang....
Mengetahui kebenaran yang menyakitkan memang kadang membuat kita runtuh, hati terkoyak...tapi pengetahuan akan membebaskan kita, demikianlah yang aku harapkan...meski, itu terasa sangat melukai, tapi kini aku tahu...bermimpi juga harus ada batasannya...berharap juga harus disertai pengertian akan akal sehat, bahwa manusia selalu berubah..kadang baik, dan kadang jadi seorang pembohong...demi kebaikannya sendiri.

Putussibau, pertengahan maret yang biru ditahun 2014
Semoga kau selalu dalam lindunganNya, dan mendapatkan yang terbaik....